Invasive Pneumococcal Disease

on Senin, 23 Januari 2012

“Bunda, mengapa kakakku tidak bisa berjalan dan tidak mendengar bila kupanggil? Apa karena dia sakit sewaktu bayi?”.

Anda menyayangi buah hati anda sedang anda seorang perokok? Hati-hati dengan kemungkinan terjangkitnya IPD (Invasive Pneumococcal Disease) pada buah hati anda. Iklan yang dipersembahkan oleh IKATAN DOKTER INDONESIA pada harian Kompas 28 April 2007 ini menyampaikan informasi, bahwa menurut WHO, di seluruh dunia diperkirakan penyakit IPD (Invasive Pneumococcal Disease) yang disebabkan oleh bakteri Pneumokokus menyebabkan satu juta kematian pada bayi dan balita.

Penyakit Pneumokokus Invasive (IPD) dapat menyebabkan bayi dan anak kehilangan pendengaran, mengalami kerusakan otak, serta kelumpuhan & keterbelakangan mental. Penyakit infeksi Pneumokokus tidak mudah didiagnosis karena pada awalnya gejala-gejalanya mirip dengan flu biasa.

Mereka yang terancam oleh penyakit ini antara lain : anak-anak yang bersekolah di kelompok bermain/taman kanak-kanak dan tempat penitipan anak, anak-anak di bawah usia 5 tahun, mereka yang tinggal di lingkungan perokok (huruf tebal dari penyalin), anak dengan sistem kekebalan yang lemah, penderita penyakit kronik seperti diabetes, jantung, paru-paru, ginjal dan penyakit darah.


Perokok Cilik, Riwayatmu Nanti

(Dari “KENALI NARKOBA & MUSUHI PENYALAHGUNAANNYA” oleh Dokter Subagyo Partodiharjo Direktur Lembaga Kesehatan Preventif, Ketua Umum Komite Nasional Anti Penyalahgunaan Narkoba)

Dokter Subagyo Partodiharjo mengatakan bahwa, orang yang mulai merokok dari masa anak-anak akan mengalami 4 hal :

Pertama, derajat ketergantungannya kepada rokok akan tinggi, karena itu untuk berhenti merokok kelak akan lebih sulit bila dibandingkan dengan mereka yang merokok setelah dewasa.

Kedua, perokok cilik akan mengalami dampak gangguan kesehatan yang lebih parah, yaitu sejak kecil fisiknya lemah, malas, mudah sakit, menderita penyakit kronis yang serius, sehingga jarang dapat mencapai sukses dan berumur panjang.

Yang ketiga, selain terhadap fisik, rokok berpengaruh buruk terhadap perkembangan mental. Perokok cilik banyak yang berkembang menjadi orang sombong, karena merasa diri lebih cepat dewasa daripada teman sebayanya.

Keempat, setelah dewasa, perokok cilik biasanya egois, merokok disembarang tempat tidak peduli terhadap penderitaan orang lain termasuk anak dan istrinya sebagai perokok pasif (asosial).

Kondisi fisik dan mental yang buruk menyebabkan ia kelak tumbuh menjadi orang lemah tetapi sekaligus sombong dan bodoh. Karena bodoh dan memiliki karakter yang buruk, ia tidak disukai oleh banyak orang, kurang sukses dalam pergaulan bisa menjadi miskin ! Kemiskinan dapat mendorong orang untuk menjadi jahat.

Karena itu bila ingin anak sukses, orang tua harus dengan sekuat tenaga membimbing anak untuk tidak merokok.

Dalam buku Panduan Pencegahan Narkoba Bagi Orang Tua Siswa Dan Guru yang diterbitkan oleh Kelompok Peduli Narkoba Yayasan Masjid PB Sudirman Jakarta, cetakan I , 2000, disebutkan bahwa sulit bagi orang tua yang melarang merokok sementara ia sendiri merokok berat, atau melarang anaknya menjadi peminum sementara orang tuanya peminum. Jika terlanjur dan sulit dihindari, paling tidak janganlah mendemonstrasikan kebiasaan jelek itu di hadapan anak. Janganlah merokok di hadapan anak karena bagi remaja merokok merupakan pintu pertama untuk mencicipi ganja (narkoba). (huruf tebal dari penulis)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar